Sabtu, 01 Desember 2012

Renungan Menyambut Tahun Baru Hijriah 1434


Sudahkah kita memiliki jiwa “Fastabiqul Khairat”?

Tahun telah berganti. Umur kita semakin bertambah. Banyak dari bentuk fisik kita berubah. Rambut sudah mulai tumbuh uban. Gigi banyak yang sudah tanggal. Kulit kita sudah tidak sekencang dulu lagi. Penyakit pikun (mudah lupa) mulai menghampiri diri kita. Semua jadi pelajaran berharga buat kita, bahwa semakin sempit waktu yang tersedia buat kita untuk beramal.

Jika waktu telah sempit, maka yang seharusnya kita lakukan adalah berlomba-lomba untuk memperbanyak amal kebaikan. Hanya saja, ternyata kita cuma berlomba-lomba dalam menumpuk perhiasan duniawi.  Hati dan pikiran kita sibuk memikirkan bagaimana bisa membeli rumah baru yang megah, mempunyai mobil mewah, perhiasan yang banyak, makanan enak, dan lain-lain. Padahal telah jelas bahwa Allah memerinntahkan kita untuk memanfaatkan waktu seoptimal mungkin untuk beramal baik (fastabiqul khairat).

“Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan.” (Qs Al-Baqarah : 148)
Orang-orang yang memiliki jiwa fastabiqul hairat adalah orang-orang yang memahami akan hakikat hidup ini sesungguhnya. 

Hal itulah yang memotivasi Umar bin Khattab yang pada saat Perang Tabuk berkecamuk, mendapat seruan untuk berjihad dengan menafkahkan harta dijalan Allah. Ia tak berpikir panjang untuk segera menunaikannya. Saat Rasulullah SAW bertanya berapa yang ditinggalkannya untuk keluarga, dengan bangga Umar berkata, “Sebanyak yang aku serahkan pada Allah dan Rasul-Nya.” (Artinya : Setengah harta Umar diserahkan untuk berjihad). Namun betapa Umar tercenung manakala pertanyaan yang sama ditujukan Rasul pada sahabatnya yang lain, Abu Bakar r.a. Jawab Abu Bakar, “Cukuplah Allah dan Rasul-Nya yang aku tinggalkan untuk keluargaku.” (Artinya : Seluruh hartanya diserahkan untuk berjihad). Kalimat Abu Bakar membuat Umar bergumam, “Mulai hari ini aku sadar, tampaknya aku takkan pernah bisa mengalahkan Abu Bakar!”

Subhanallah! Luar biasa contoh kongkrit yang para sahabat berikan kepada kita dalam hal kompetisi dalam beramal, berjuang dan berkorban demi Allah dan Rasul-Nya. Seseorang sulit untuk meraih derajat ini kecuali ia memiliki rasa percaya  yang tinggi pada Allah bahwa apa yang ada di sisi Allah lebih besar pahalanya.  Dari kisah tersebut kita juga melihat dengan jelas betapa (dalam urusan akhirat dan kebaikan) Umar begitu iri terhadap Abu Bakar. Tetapi apakah iri diperbolehkan dalam Islam?

Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada hasud (yang diperbolehkan) kecuali dalam dua perkara, yaitu kepada orang yang diberi harta oleh Allah lalu ia belanjakan pada sasaran yang benar (di jalan-Nya). Dan kepada orang yang dikaruniai ilvmu dan kebijaksanaan lalu ia mengamalkan dan mengajarkannya” (HR Bukhari).

Akhirnya semua kembali kepada pribadi kita masing-masing, mari terus berfastabiqul khairat.

SELAMAT TAHUN BARU HIJRIYAH 1434