Jumat, 03 Desember 2010

Wawancara Radio JIC dengan Ketua Umum Munashoroh Indonesia


           
Hari kamis, 4 November 2010 lalu, Radio Jakarta Islamic Center (JIC) 107,7 FM mewawancarai Adhi Azfar (Ketua Umum Yayasan Munashoroh Indonesia) LIVE selama 2 jam, berikut petikannya :

JIC : Bisa Bang Adhi jelaskan, bagaimana sejarah berdirinya Munashoroh?
Adhi : Awal tahun 2000, ketika itu kami masih tergabung dalam Remaja Masjid di wilayah Pulo Asem, Pulogadung, Jakarta Timur. Kami menyaksikan sendiri bagaimana krisis moneter itu terjadi, disekeliling kami banyak muncul pengangguran baru, yang tadinya tidak miskin jadi miskin, bahkan yang miskin malah murtad / keluar dari Islam gara-gara dijanjikan sejumlah beras dan Mie. Lalu, kami mencoba mengumpulkan dana infaq dari warga sekitar. Alhamdulillah responnya cukup tinggi.

JIC : Setelah itu jadi Yayasan ?
Adhi : Ya, setelah 3 tahun berjalan ternyata kepercayaan warga sangat tinggi, yang dibuktikan dari dana yang dikumpulkan cukup banyak, sehingga pada 10 Juli 2003 kami menghadap notaris untuk membentuk sebuah Yayasan yang diberi nama Munashoroh. Tanggal tersebut kemudian kami jadikan Hari Ulang Tahun Yayasan.

JIC : Mengapa memilih nama Munashoroh? Apa filosofinya?
Adhi : Memang banyak pilihan kala itu. Nama Munashoroh kita pilih karena mewakili cara kerja kita, serta merepresentasikan visi dan misi kita untuk menolong, dan berbagi. Lalu kita juga menetapkan slogan yaitu berbagi sepenuh hati, berbakti tiada henti. Bila kita ingin berbagi, tidak perlu menunggu banyak baru dibagi, tapi apa yang kita miliki, bila ada orang lain membutuhkan, maka kita akan membaginya.

JIC : Sejak tahun 2003 itu, apa saja yang telah dilakukan? Program apa saja yang ada?
Adhi : Prinsip program kami adalah memberdayakan. Jadi tidak hanya menyantuni. Kita seringkali mendengar “Si Fulan penerima sembako dhuafa tahun ini..” Lalu tahun depan si Fulan itu jadi penerima sembako dhuafa lagi, tahun depan lagi..sampai seterusnya. Sehingga mereka yang miskin akan selalu jadi miskin dan menerima terus menerus. Itu namanya menyantuni, tapi kalau memberdayakan, maka mereka yang tadinya miskin, harus keluar dari lumpur kemiskinan, dengan program-program yang tepat sasaran. Salah satu program kami adalah Orang Tua Asuh Anak Yatim Desa, dimana anak-anak yang orang tuanya tidak berdaya karena kemiskinannya, kita sekolahkan, sampai mereka jadi “orang” berprestasi, bekerja dan berusaha untuk memperbaiki taraf hidupnya. Jangan sampai orang tua yang miskin melahirkan anak yang juga miskin.

JIC : Sekarang Munashoroh sudah memiliki Cabang Kepengurusan dimana saja?
Adhi : Sampai akhir tahun 2010 ini, sudah ada 10 Cabang Kepengurusan yang bersedia bekerja di Munashoroh sebagai ladang amal mereka (jadi memang tidak digaji bulanan, namun tetap ada beberapa penggantian uang pulsa, transport, dan kafalah diakhir tahun serta rihlah bagi pengurus dan keluarganya). Namun disini tidak mengurangi Profesionalitas Pengurus Yayasan, justru karena ikhlas bekerja itulah kita jadi Profesional. Terbukti dengan adanya 10 Cabang Munashoroh di Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Bekasi, Bogor, Tangerang, Pandeglang, Kuningan, Karawang, Indramayu dan Sukabumi. #