Sabtu, 06 Desember 2014

Dua Teori Kemiskinan

Ada dua teori kemiskinan yang sangat dikenal. Pertama, teori Lingkaran Setan Kemiskinan (Vicios Cycle of Poverty) yang dikemukakan Ragnar Nurkse tahun 1953. Sedangkan yang kedua adalah teori Pendekatan Sumber Daya dan Hak (Endowment and Entitlement Approach) yang dikemukakan oleh Armatya Sen tahun 1981. Sen adalah ekonom peraih Nobel.

Dalam teori Lingkaran Setan Kemiskinan, dikemukakan bahwa kaum miskin terperangkap dalam satu siklus yang tidak berujung, bahkan akan memperparah kemiskinannya. Kaum miskin hidup dalam keterbelakangan dengan rata-rata tingkat pendidikan yang rendah. Untuk bekerja, mereka hanya punya sumber daya atau modal yang minim dan tidak mampu mencukupi kebutuhan sehari-harinya. Lingkungannya kumuh dan tidak memadai, beresiko terganggunya kesehatan. Dengan pendidikan rendah, mereka bekerja sebagai apa saja dengan tingkat penghasilan tidak memadai untuk hidup layak. Tidak ada yang bisa ditabung guna pendidikan dan pemodalan anaknya di masa depan. Akibatnya, kehidupan mereka hari demi hari cenderung melanggengkan ketidakberdayaan itu, dan berlanjut hingga generasi penerusnya, anak dan cucunya. Bahkan biasanya lebih parah lagi ketidakberdayaannya.

Sedangkan dalam Pendekatan Sumber Daya dan Hak, disebutkan bahwa kemiskinan adalah fenomena multidimensi yang tidak sebatas akibat minimnya modal dan kemampuan kerja. Kemiskinan dapat disebabkan oleh ketidakmampuan bekerja secara produktif, kemerosotan daya beli, hingga keterasingan dari kehidupan masyarakat. Konsep ini menegaskan bahwa kemiskinan tidak hanya berhubungan dengan ketidakmampuan kerja, tapi juga berkaitan dengan hak-hak yang tidak terlindungi, serta hilangnya kesempatan untuk mendapat harga yang layak atas produk yang dihasilkan atau tenaga yang diberikan, atau hilangnya kesempatan untuk memperoleh bantuan, subsidi, dan program-program dari pemerintah. (DZS, Potret Dhuafa Perekonomian Indonesia).