Kamis, 29 April 2010

Kalimat Hikmah

Pejuang sejati tak pernah berhenti sebelum “memenangkan” peperangan yang dijalani. Masing-masing kita memiliki medan perang yang berbeda-beda. Tanggung jawab kita adalah berjuang dan menang.

Jumat, 16 April 2010

Indonesia Masih Alergi Zakat ?

Zakat. Banyak orang Islam yang masih alergi bila mendengar kata ini. Bukan karena sifat bakhil dan kikir saja, tetapi juga lahir dari ketidakpahaman terhadap makna zakat itu sendiri.

Apalagi ditengah penderitaan multidimensi yang melanda negeri ini, yang nyaris mengakibatkan negeri yang dihuni mayoritas muslim ini porak poranda. Angka pengangguran meningkat, jumlah penduduk miskin membengkak, anak-anak putus sekolah karena tiada biaya, balita kekurangan gizi, dan lain sebagainya.

Kondisi ini diperparah dengan bencana berturut-turut yang menimpa negeri ini. Gempa bumi, tanah longsor, gelombang pasang tsunami, telah menyebabkan orang-orang kaya berubah tiba-tiba menjadi fakir-miskin yang meminta-minta, dan memperbanyak jumlah anak-anak yatim piatu karena kehilangan orang tuanya.

Bagi mereka yang hidupnya 'jarang menderita', barangkali akan lebih susah untuk merasakan bagaimana hidup susah. Padahal kesulitan dan kegelisahan hidup, bisa juga datang dari kekayaan yang terlalu melimpah. Tidak merasa aman, tidak merasa nyaman, adalah penderitaan dari sudut lain. Karena tidak berkah rezekinya. Atau juga karena banyaknya orang-orang susah yang mengelilingi kekayaannya. Atau karena lebarnya jurang pemisah antara sikaya dan simiskin.

Zakat yang dimaksud disini adalah solusi yang hendak ditawarkan agar hidup jadi mudah, jadi berkah, aman dan nyaman. Bukan hanya zakat fitrah saja, tetapi semua jenis zakat yang wajib dikeluarkan oleh setiap muslim yang masuk kategori wajib zakat, pada waktu yang telah ditentukan, seperti zakat maal/harta, zakat penghasilan/profesi, zakat pertanian dan sebagainya. Inilah solusi yang akan membuat fakir miskin tersenyum, para korban bencana segera tertolong dan anak-anak yatim cerah masa depannya. Solusi yang 'seharusnya' dipakai oleh Pemerintah dan para pemimpin bangsa ini untuk mengakhiri penderitaan, menuju hidup sejahtera. Bahkan apabila ditelusuri lebih dalam lagi, maka kita akan menemukan mutiara zakat yang kemilau-nya dapat menyejukkan hati dan menyegarkan pikiran.

Kamis, 15 April 2010

Mencontoh Sedekah si Karim

Malam itu bulan bersinar terang di langit. Bintang bintang bertaburan. Subhanallah, alangkah indahnya. Seorang lelaki bernama Karim keluar dari rumahnya. Dulu, Karim dikenal gemar melakukan perbuatan yang dilarang agama. Namun, kini dia telah insaf dan bertobat. Sekarang, dia rajin shalat berjamaah di masjid. Dia juga tidak merasa malu untuk ikut mengaji dan belajar membaca Al Quran, bersama anak anak yang lebih muda usia nya.

Malam itu, setelah mendengar penjelasan dari Imam Masjid tentang keutamaan sedekah, hati Karim tergerak. Imam Masjid menjelaskan, jika seseorang memiliki uang seribu dirham dan ia menyedekahkan tiga ratus dirham, maka yang tiga ratus dirham itulah yang akan kekal dan dapat dinikmati di akhirat. Sedangkan yang tujuh ratus dirham tidak akan membuahkan apa apa.

Selama ini, Karim dikenal kaya dan kikir. Namun, sejak insaf dan tobat, dia telah berniat akan mengorbankan segala yang dimilikinya untuk memperoleh ridha Allah SWT. Sebagian hartanya telah dia rencanakan untuk disedekahkan dan diinfakkan di jalan Allah SWT.

Dia mengarahkan langkahnya menuju ke suatu rumah. Dia telah menyiapkan satu kantong berisi uang seratus dirham untuk disedekahkan. Begitu sampai di rumah yang ditujunya, dia mengetuk pintu. Seorang lelaki berkumis tebal muncul dari dalam rumah. Setelah mengucapkan salam, dia memberikan kantong uang itu pada pemilik rumah, lalu mohon pamit. Kejadian itu ternyata diketahui oleh beberapa orang penduduk daerah itu.

Pagi harinya, orang-orang di pasar ramai membicarakan apa yang dilakukan Karim tadi malam. Dua orang yang melihat Karim bersedekah berkata dengan nada mengejek, “Dasar orang tidak tahu agama, sedekah saja keliru, masak sedekah kok kepada seorang pencuri. Kalau mau sedekah itu, ya harusnya kepada orang yang baik!”

Obrolan orang di pasar itu sampai juga ke telinga Karim, ia hanya berkata dalam hati, “Alhamdullilah, telah bersedekah kepada pencuri!”

Hari berikutnya, ketika malam tiba, dia kembali keluar rumah. Dia ingin kembali bersedekah. Sama seperti malam sebelumnya, dia menyiapkan uang seratus dirham. Kali ini, dia memilih sebuah rumah di pinggir kota. Dia mengetuk pintu rumah itu. Seorang wanita membukakan pintu. Dia langsung menyerahkan sedekahnya pada perempuan itu lalu pulang.

Pagi harinya, pasar kembali ribut. Ternyata, ada orang yang mengetahui perbuatannya tadi malam. Orang itu bercerita sinis, “Memang, Karim itu tidak jelas. Rajin pergi ke Masjid, tetapi memberi sedekah saja masih salah. Kalau kemarin malam dia memberi sedekah kepada seorang pencuri. Lha, tadi malam, dia memberi sedekah kepada seorang pelacur!”

Perbincangan orang di pasar itu sampai juga ke telinganya. Karim hanya berkata lirih, “Alhamdulillah, telah bersedekah kepada seorang pelacur!”

Malam harinya, Karim kembali keluar rumah untuk sedekah. Dia memilih rumah yang ada di dekat pasar. Setelah mengantarkan sedekahnya, dia pulang. Kali ini Karim berharap, dia tidak keliru lagi memberikan sedekahnya.

Pagi harinya, pasar lebih ribut dari sebelumnya. Seorang penjual daging berkata, “Nggak tahulah! Karim itu memang aneh, makin nggak jelas. Mau sedekah saja kok kepada orang kaya. Padahal, orang yang miskin dan memerlukan uang untuk makan, masih banyak dan ada di mana mana!”

Ternyata, rumah yang didatangi Karim dan diberi sedekah tadi malam adalah rumah orang kaya. Mendengar berita dan omongan yang ada di pasar tentang kekeliruannya memberikan sedekah ia tetap memuji Allah SWT, “Alhamdulillah, telah sedekah kepada pencuri, pelacur, dan orang kaya!”

Malam harinya, ia shalat tahajud, lalu tidur. Dalam tidurnya dia bermimpi didatangi oleh seseorang yang memberi kabar kepadanya, “Sedekahmu kepada pencuri, membuat pencuri itu insaf, sehingga dia kini tidak mencuri lagi. Sedekahmu kepada pelacur, membuat wanita itu tobat dan tidak berzinah lagi, dan sedekahmu kepada orang kaya, menjadikan orang kaya tersebut sadar dan merasa malu. Kini, orang kaya yang pelit itu mau mengeluarkan zakat dan infak. Sedekahmu yang ikhlas itu diridhoi Allah SWT.”

Setelah itu Karim semakin khusyuk beribadah dan banyak mengerjakan kebajikan. Dia sadar bahwa yang paling penting dalam ibadah adalah niat karena Allah, disertai ilmu yang mumpuni sehingga tepat dalam menjalankan ibadah. Bukan sekedar mengikuti perkataan orang banyak. Ikhlas dan tetap teguh meski banyak cacian datang. Hanya Allah-lah yang berhak menilai, diterima atau tidaknya amal ibadah seseorang.